Tongkonan adalah rumah tradisional leluhur di Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan-Indonesia. Bangunan ini berdiri tinggi dengan konstruksi kayu, atap bangunan dari bambu yang dibelah dua dan disusun buka tutup.Bentuk bangunan melengkung dan pada tiangnya ditorehkan warna merah, hitam, dan ukiran kayu kuning di dinding bangunan sebagai hiasan eksterior . Kata "tongkonan" berasal dari tongkon Toraja ("duduk").
Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial Toraja. Ritual yang terkait dengan Tongkonan merupakan ekspresi penting dari kehidupan spiritual Toraja, oleh karena itu semua anggota keluarga didorong untuk berpartisipasi, karena secara simbolis Tongkonan mewakili link ke nenek moyang mereka dan kerabat yang hidup dan masa depan. Menurut mitos Toraja, tongkonan yang pertama dibangun di surga dengan empat tiang, dengan atap yang terbuat dari kain India. Ketika nenek moyang Toraja pertama turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan mengadakan upacara besar. (Wikipedia)
Sejarah Tanah Toraja
Konon, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan “tangga dari langit” untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa).
Lain lagi versi dari DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk (lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina). Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.via : http://titusbercerita.blogspot.com/2011/11/asal-mula-tana-toraja.html